Semakin Meluasnya Abrasi di Mon Jambee
Bireuen - Semakin meluasnya abrasi di Desa Mon Jambee, Kecamatan Jeumpa, Bireuen, yang terjadi sejak tiga tahun lalu hingga kini membuat para nelayan gelisah. Sejumlah tim dari berbagai instansi sudah turun ke lokasi untuk melihat kondisi abrasi, namun sampai saat ini belum ada tanda-tanda kapan masalah tersebut akan ditanggulangi.
Dalam Amatan Serambi, Minggu (15/11/2020), satu bangunan tempat pendaratan ikan (TPI) di lokasi tersebut yang dibangun tahun 2006 lalu hanya tinggal menunggu ambruk dihantam ombak. Demikian juga dengan satu warung di dekat TPI sekarang hanya berjarak sekitar 10 meter dari bibir pantai, sejumlah rumah juga terancam ambruk ke laut, boat nelayan harus dinaikkan ke daratan karena tak ada lagi bibir pantai, dan sejumlah pohon kelapa di kawasan tersebut juga terancam tumbang.
“Sudah banyak tim yang turun ke desa kami melihat kondisi abrasi termasuk dari dinas terkait. Namun, sampai sekarang belum ada tanda-tanda akan ditanggulangi. Salah satu caranya adalah dipasang batu penahan atau pemecah ombak di pinggir laut,” ujar Fauzi (49), warga setempat didampingi temannya Sulaiman (50) dan Razali (49) kepada Serambi, kemarin.
Dulu, kata Sulaiman, TPI yang dibangun tahun 2006 berjarak sekitar 100 meter dari bibir pantai. Tapi, sambungnya, sekarang bangunan itu hampir ambruk ke laut. “Tidak ada lagi pasir laut, karena dalam tiga tahun terakhir hampir 100 meter kebun dan bibir pantai sudah menjadi laut,” ujar Sulaiman.
Ramadhan, warga setempat mengungkapkan, sudah banyak rumah di desa itu yang roboh karena abrasi. Masyarakat terutama nelayan berharap pemerintah segera membangun tanggul pemecah ombak di kawasan itu, sehingga abrasi tidak terus meluas. Razali menambahkan, abrasi makin mengganas pada saat ombak besar dan pasang purnama malanda kawasan tersebut.
Nelayan Makin Frustasi
Abrasi yang makin meluas di kawasan Desa Mon Jambee, Kecamatan Jeumpa, Bireuen, membuat warga setempat terutama nelayan makin frustasi. Mereka hanya bisa pasrah melihat ganasnya abrasi yang terjadi sejak tiga tahun lalu dan sampai kini belum ada tanda-tangan penanganan dari pihak terkait.
Fauzi (49), warga setempat yang rumahnya hanya tinggal berjarak 10 meter lagi dengan bibir pantai, kepada Serambi, kemarin, mengatakan, hampir setiap kali terjadi air pasang, lahan kebun yang ditelan abrasi makin meluas. “Selain itu, setiap terjadi pasang laut, sedikit demi sedikit daratan digerus air laut,” ungkapnya.
Ia berharap pihak terkait segera mencari solusi terhadap persoalan abrasi di Mon Jambee. Sebab, tambah Fauzi, setiap malam warga yang rumahnya berdekatan dengan bibir pantai merasa was-was, apalagi saat ombak besar karena setiap hari abrasi terus meluas [*]
Sumber: Serambinews.com