BREAKING NEWS

OPINI - Di Balik Transformasi Digital: Kecerdasan Buatan dalam Pendidikan dan Tantangannya

 

Foto: Elvira Maulida

Oleh: Elvira Maulida

*) Penulis adalah Mahasiswa Program Studi Sistem Informasi, Fakultas Teknik, Universitas Malikussaleh, Lhokseumawe, Aceh

 

Seiring dengan perkembangan teknologi yang semakin pesat, kecerdasan buatan (AI) telah mengambil peran sentral dalam transformasi cara kita belajar dan mengajar. Dalam konteks pendidikan, AI menawarkan berbagai inovasi menarik yang dapat meningkatkan pengalaman belajar, tetapi juga menimbulkan tantangan baru yang perlu diwaspadai. Maka kemudian, muncul pertanyaan: Apakah kecerdasan buatan ini merupakan solusi untuk masa depan pendidikan atau justru membawa risiko yang dapat mengganggu proses belajar?

Di satu sisi, AI menghadirkan beragam peluang dalam pendidikan, mulai dari personalisasi pengalaman belajar hingga efisiensi administratif. Misalnya, sistem pembelajaran berbasis AI dapat menganalisis kemajuan siswa dan menciptakan kurikulum yang disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing individu. 

Ini akan menghasilkan pengalaman belajar yang lebih efektif, karena siswa dapat belajar dengan kecepatan yang sesuai dengan kemampuan mereka. Selain itu, AI dapat membantu dalam otomatisasi tugas-tugas administratif yang membebani para guru, sehingga mereka dapat lebih fokus pada kegiatan pengajaran dan interaksi dengan siswa.

Kecerdasan buatan juga dapat meningkatkan aksesibilitas pendidikan bagi masyarakat yang kurang terlayani. Dengan adanya platform belajar online yang didukung teknologi AI, siswa di daerah terpencil dapat mengakses materi pendidikan yang sebelumnya sulit dijangkau. Hal ini dapat membantu meratakan kesempatan belajar dan memberikan peluang yang sama bagi semua siswa tanpa memandang latar belakang ekonomi atau geografi.

Namun, meskipun manfaatnya terlihat menjanjikan, penggunaan AI dalam pendidikan tidak lepas dari tantangan dan risiko. Salah satunya adalah masalah privasi dan keamanan data. Sistem AI sering kali memerlukan data pribadi siswa untuk berfungsi secara optimal, dan pengolahan data ini dapat menjadi target bagi pelanggaran keamanan. Ketidakpastian mengenai siapa yang memiliki dan bertanggung jawab atas data tersebut menimbulkan kekhawatiran yang signifikan di kalangan orang tua dan pendidik.

Selain itu, ketergantungan yang berlebihan pada teknologi AI dapat mengikis kemampuan berpikir kritis dan kreatif siswa. Dengan adanya solusi yang terotomatisasi, siswa mungkin menjadi kurang termotivasi untuk mencari jawaban secara mandiri dan lebih cenderung bergantung pada teknologi untuk menyelesaikan masalah. Oleh karena itu, penting untuk menemukan keseimbangan antara memanfaatkan teknologi dan mendorong pengembangan keterampilan berpikir kritis.

Dalam konteks pendidikan tinggi, terutama bagi mahasiswa jurusan sistem informasi dan informatika, pengalaman belajar dengan dukungan AI akan sangat berharga. Mahasiswa tidak hanya belajar tentang teori dan praktik, tetapi juga dapat merasakan langsung bagaimana AI berfungsi dalam dunia nyata. 

Namun, penting untuk diingat bahwa pemahaman yang mendalam tentang etika penggunaan teknologi ini harus ditanamkan. Menciptakan inovasi yang bertanggung jawab is adalah tugas penting bagi generasi mendatang.

Tentu saja, pemerintah dan lembaga pendidikan juga memiliki peranan penting dalam menciptakan lingkungan pendidikan yang aman dan nyaman. Kebijakan yang jelas mengenai penggunaan AI dalam pendidikan harus dirumuskan untuk melindungi privasi siswa dan menjamin keamanan data. Selain itu, investasi dalam pelatihan guru dan pendidik tentang cara memanfaatkan teknologi ini dengan baik juga sangat penting.

Tak kalah penting, peningkatan kesadaran masyarakat terhadap dampak penggunaan AI dalam pendidikan harus dilakukan. Edukasi mengenai kelebihan dan kekurangan AI dalam pembelajaran perlu disampaikan sejak dini agar siswa dapat mengembangkan sikap kritis terhadap teknologi yang mereka gunakan. Hal ini sangat penting agar mereka tidak hanya menjadi konsumen teknologi, tetapi juga menjadi pencipta yang bertanggung jawab.

Kesimpulannya, kecerdasan buatan bukan hanya sekadar alat, melainkan juga tantangan yang harus dihadapi dalam dunia pendidikan. Dengan pendekatan yang bijaksana, AI memiliki potensi untuk membawa revolusi positif dalam metode pembelajaran. Namun, di sisi lain, kita perlu waspada terhadap risiko yang mungkin muncul. 

Jadi, di balik semua transformasi ini, pertanyaan kita adalah: Bagaimana kita bisa memanfaatkan teknologi dengan bijak demi menciptakan lingkungan belajar yang lebih baik tanpa mengorbankan nilai-nilai mendasar pendidikan? Dengan keseimbangan yang tepat, AI bisa menjadi pendorong inovasi dalam dunia pendidikan yang tidak hanya efektif, tetapi juga manusiawi. [Sekian]