Ketegangan India-Pakistan Berpotensi Ganggu Ekspor Batu Bara RI
Jakarta — Memanasnya hubungan antara India dan Pakistan memunculkan kekhawatiran akan dampaknya terhadap ekspor batu bara Indonesia. Indonesia Mining Institute (IMI) mengingatkan bahwa eskalasi konflik di kawasan Asia Selatan itu, apabila terus berlanjut, bisa memberikan tekanan terhadap pasar ekspor energi fosil nasional.
Irwandy Arif, Tenaga Ahli IMI, mengungkapkan bahwa India menempati posisi kedua sebagai tujuan ekspor batu bara Indonesia, menjadikannya mitra strategis dalam perdagangan komoditas tersebut. Meski kontribusi Pakistan tidak sebesar India, negara itu tetap masuk dalam daftar negara tujuan ekspor batu bara Indonesia.
“India merupakan pengimpor batu bara terbesar kedua dari Indonesia. Saat ini mereka juga sedang meningkatkan produksi tambang batu bara untuk menyuplai kebutuhan PLTU dalam negeri,” jelas Irwandy, seperti dikutip dari CNBC Indonesia pada Kamis (8/5/2025).
Ia merinci bahwa sepanjang 2024, ekspor batu bara Indonesia ke India mencapai sekitar 110 juta ton. Sementara itu, ekspor ke Pakistan tercatat sebesar 600 ribu ton, mayoritas dikirim melalui importir terbesar di negara tersebut.
Sementara itu, Pelaksana Tugas Direktur Eksekutif Asosiasi Perusahaan Batu Bara Indonesia (APBI), Gita Mahyarani, menegaskan bahwa hingga kini belum ada dampak langsung yang signifikan dari konflik India-Pakistan terhadap pengiriman batu bara Indonesia.
Namun demikian, data APBI menunjukkan adanya penurunan ekspor ke India sejak awal tahun. “Pada Maret 2025, volume ekspor batu bara ke India tercatat sebesar 7,42 juta ton. Angka ini turun 31,42 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu,” ujar Gita.
Menurut Gita, penurunan tersebut lebih disebabkan oleh faktor musiman serta langkah pemerintah India yang mengurangi ketergantungan pada impor demi mendorong produksi dalam negeri.
Adapun ekspor ke Pakistan juga mengalami penurunan dalam tiga tahun terakhir, namun lebih dipengaruhi oleh kebijakan energi nasional mereka. “Tren penurunan ke Pakistan lebih disebabkan oleh dorongan pemerintah mereka untuk memaksimalkan penggunaan batu bara lokal,” jelasnya.
APBI menyatakan masih terlalu dini untuk menilai sejauh mana konflik di kawasan itu akan memengaruhi pasar ekspor Indonesia. Meski begitu, pemantauan terhadap perkembangan geopolitik dan strategi energi masing-masing negara tetap menjadi langkah penting ke depan. [Red]