BREAKING NEWS

Peunajoh Aceh, Warisan Kuliner yang Terus Bertahan di Tengah Arus Modernisasi

 

Mahasiswa PMM Luar Aceh Sedang Mencicipi Peunajoh Aceh 

Aceh Utara – Di tengah arus globalisasi dan maraknya makanan instan modern, Peunajoh Aceh tetap bertahan sebagai warisan kuliner tradisional yang mencerminkan kekayaan budaya masyarakat Aceh, khususnya di Aceh Utara.


Peunajoh Aceh adalah istilah yang digunakan untuk menyebut aneka kue tradisional khas Aceh. Bukan hanya sebagai camilan, peunajoh berperan penting dalam konteks sosial dan budaya masyarakat. Kue-kue ini menjadi simbol penghormatan, rasa syukur, dan sarana mempererat silaturahmi.


Beberapa jenis peunajoh yang populer di Aceh Utara antara lain:

  • Timphan: Kue berbahan dasar pisang dan ketan, dibungkus daun pisang, dengan isi srikaya atau kelapa parut.
  • Boh Rom-Rom: Bola-bola ketan berisi gula merah yang direbus dan dibalur kelapa parut.
  • Adee (kue bingkang Aceh): Bertekstur padat dan legit, berbahan dasar tepung dan santan, terkadang dicampur dengan irisan bawang goreng.
  • Keukarah: Kue berbentuk jaring yang digoreng dari adonan tepung beras dan gula.
  • Meuseukat: Sejenis dodol atau manisan lembut khas Aceh, berbahan dasar nanas dan gula.
  • Kue Boh Drien: Kue khas dari durian, sering diolah menjadi tape durian kukus atau adonan manis lainnya.
  • Pulut Inti: Ketannya diberi taburan kelapa manis di atasnya.
  • Kue Seunong-itik: Kue dari tepung ketan yang dikukus dan disajikan saat kenduri.
  • Bhoi: Kue berbentuk bunga atau ikan yang dimasak dengan cetakan dari loyang kuningan, berbahan telur dan gula.


Masyarakat Aceh Utara—terutama ibu rumah tangga dan pedagang pasar tradisional—masih memproduksi peunajoh secara mandiri dengan cara tradisional. Para tokoh adat, pegiat budaya, dan instansi pemerintah juga berperan dalam menjaga eksistensi kuliner ini.


Peunajoh disajikan pada berbagai kesempatan penting seperti:

  • Kenduri Maulid
  • Khanduri Blang (ritual turun ke sawah)
  • Kenduri cukuran anak, pernikahan, dan khitanan
  • Perayaan keagamaan seperti Idul Fitri dan Idul Adha
  • Bahkan saat menyambut tamu atau acara adat tertentu.


Saat ini, peunajoh juga tersedia secara harian di pasar-pasar tradisional seperti Pasar Lhoksukon dan Pasar Krueng Mane, sehingga bisa dinikmati kapan saja.


Tradisi peunajoh masih kuat dipertahankan di wilayah Aceh Utara seperti di kecamatan Matangkuli, Samudera, Baktiya, Tanah Luas, dan Syamtalira Aron. Masing-masing daerah kadang memiliki versi dan variasi resep yang khas.


Peunajoh bukan sekadar makanan, tetapi bagian dari identitas dan warisan budaya Aceh. Makanan ini mengandung nilai:

  • Spiritual: sebagai bentuk syukur dalam kenduri.
  • Kultural: menggambarkan filosofi kesederhanaan dan gotong royong.
  • Sosial: mempererat hubungan antarwarga dalam tradisi berbagi makanan.


Pemerintah daerah, seperti Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Aceh Utara, bersama komunitas kuliner dan pegiat UMKM:

  • Menyelenggarakan pelatihan membuat peunajoh secara tradisional.
  • Menggelar festival kuliner daerah untuk memperkenalkan ragam peunajoh ke generasi muda.
  • Mendorong anak muda dan pelaku usaha untuk memasarkan peunajoh melalui platform digital dan media sosial, seperti Instagram, Facebook, dan marketplace.

Dengan segala nilai dan keunikan yang dimilikinya, Peunajoh Aceh terus membuktikan diri sebagai warisan budaya yang tak lekang oleh waktu dan layak diwariskan ke generasi mendatang. [JA]